BAB 7 

           PERSEPSI DALAM KOMUNIKASI        

1. PENDAHULUAN

Persepsi memiliki peran yang sangat penting dalam proses komunikasi, karena setiap individu menerima, menafsirkan, dan merespons pesan berdasarkan pemahamannya sendiri. Persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman, latar belakang budaya, serta keadaan psikologis seseorang (West & Turner, 2018). Dalam komunikasi, perbedaan persepsi dapat menyebabkan misinterpretasi atau kesalahpahaman, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efektivitas interaksi. Oleh karena itu, memahami bagaimana persepsi bekerja menjadi aspek penting dalam studi komunikasi.

Persepsi dalam komunikasi tidak hanya terbentuk dari stimulus yang diterima, tetapi juga melalui proses seleksi, organisasi, dan interpretasi informasi (Griffin, Ledbetter, & Sparks, 2019). Proses ini bersifat subjektif, sehingga seseorang dapat menangkap pesan yang sama dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan orang lain. Faktor-faktor seperti emosi, nilai-nilai pribadi, dan motivasi individu turut mempengaruhi bagaimana pesan dikonstruksi dalam benak penerima (Burgoon, Guerrero, & Floyd, 2016). Hal ini menjadikan persepsi sebagai salah satu faktor penentu dalam keberhasilan komunikasi.

Dalam komunikasi interpersonal, persepsi juga menentukan bagaimana individu membangun hubungan dengan orang lain. Misalnya, seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap lawan bicara akan lebih cenderung memberikan respon yang lebih terbuka dan kooperatif (Wood, 2020). Sebaliknya, persepsi negatif dapat menciptakan hambatan komunikasi, bahkan sebelum interaksi dimulai. Oleh karena itu, pemahaman tentang persepsi sangat berguna dalam berbagai konteks komunikasi, baik dalam lingkungan profesional maupun sosial.

Studi tentang persepsi dalam komunikasi juga erat kaitannya dengan teori-teori komunikasi, seperti teori atribusi dan konstruktivisme sosial (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017). Teori atribusi menjelaskan bagaimana individu memberikan makna terhadap perilaku orang lain berdasarkan persepsi mereka, sementara konstruktivisme sosial menekankan bahwa persepsi dibentuk oleh interaksi sosial dan pengalaman budaya. Kedua teori ini menunjukkan bahwa persepsi bukan hanya sekadar proses kognitif individu, tetapi juga merupakan hasil dari dinamika sosial yang lebih luas.

Dengan memahami bagaimana persepsi berfungsi dalam komunikasi, individu dapat meningkatkan keterampilan komunikasinya untuk menghindari kesalahpahaman dan membangun hubungan yang lebih efektif. Penelitian dalam bidang ini terus berkembang dengan menggali lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, termasuk pengaruh teknologi dalam komunikasi modern (McCornack & Morrison, 2019). Oleh karena itu, kajian ini tidak hanya relevan dalam studi akademik, tetapi juga memiliki implikasi praktis yang luas dalam kehidupan sehari-hari.

2. PENGERTIAN PERSEPSI

Persepsi dalam komunikasi merujuk pada proses di mana individu menerima, menginterpretasikan, dan memberikan makna terhadap pesan yang diterima dari lingkungan sekitarnya. Persepsi bukan hanya sekadar menerima informasi, tetapi juga melibatkan proses kognitif yang kompleks, seperti seleksi, organisasi, dan interpretasi (Griffin, Ledbetter, & Sparks, 2019). Setiap individu memiliki pengalaman dan latar belakang yang berbeda, sehingga cara mereka memproses informasi juga bervariasi. Hal ini menjadikan persepsi sebagai faktor utama yang menentukan efektivitas komunikasi antar individu.

Proses persepsi dalam komunikasi dimulai dengan tahap seleksi, yaitu ketika individu memilih informasi tertentu untuk diperhatikan dan mengabaikan yang lainnya. Seleksi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman, kepentingan, dan keadaan emosional seseorang (West & Turner, 2018). Setelah informasi diseleksi, tahap berikutnya adalah organisasi, di mana individu mengelompokkan dan menyusun informasi agar memiliki struktur yang bermakna. Tahap terakhir adalah interpretasi, di mana individu memberikan makna terhadap informasi yang telah mereka terima dan organisasikan (Burgoon, Guerrero, & Floyd, 2016).

Persepsi dalam komunikasi juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pengalaman, budaya, nilai-nilai, dan emosi individu, sedangkan faktor eksternal mencakup lingkungan sosial dan situasi komunikasi itu sendiri (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017). Misalnya, seseorang yang tumbuh dalam lingkungan yang mendukung komunikasi terbuka akan cenderung lebih mudah memahami dan menafsirkan pesan dengan cara yang lebih positif dibandingkan dengan individu yang terbiasa dalam lingkungan yang lebih tertutup.

Dalam konteks komunikasi interpersonal, persepsi sangat menentukan bagaimana individu menilai dan merespons orang lain. Jika seseorang memiliki persepsi yang positif terhadap lawan bicaranya, maka komunikasi yang terjadi akan lebih terbuka dan lancar (Wood, 2020). Sebaliknya, jika seseorang memiliki prasangka atau stereotip tertentu, maka persepsi terhadap pesan yang diterima dapat menjadi bias dan tidak akurat. Oleh karena itu, memahami bagaimana persepsi terbentuk dan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu dapat membantu individu meningkatkan keterampilan komunikasinya.

Teori atribusi dalam komunikasi juga menjelaskan bagaimana persepsi terbentuk berdasarkan interpretasi individu terhadap perilaku orang lain. Menurut teori ini, individu cenderung menghubungkan tindakan seseorang dengan faktor internal (kepribadian) atau faktor eksternal (situasi) (McCornack & Morrison, 2019). Misalnya, jika seseorang datang terlambat ke suatu pertemuan, orang lain dapat menafsirkan keterlambatan tersebut sebagai akibat dari ketidaksiplinan (atribusi internal) atau karena kemacetan lalu lintas (atribusi eksternal).

Selain teori atribusi, konstruktivisme sosial juga berperan dalam membentuk persepsi dalam komunikasi. Konstruktivisme sosial menyatakan bahwa persepsi individu terhadap suatu pesan dibentuk oleh interaksi sosial dan pengalaman budaya (Knapp, Vangelisti, & Caughlin, 2017). Dengan kata lain, cara seseorang memahami dan menafsirkan komunikasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan norma budaya yang berlaku. Hal ini menjelaskan mengapa individu dengan latar belakang budaya yang berbeda dapat memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pesan yang sama.

Dalam era komunikasi digital, persepsi juga dipengaruhi oleh media dan teknologi. Kehadiran media sosial, misalnya, telah mengubah cara individu membentuk persepsi terhadap suatu informasi atau orang lain. Informasi yang disajikan secara visual dan terbatas sering kali menimbulkan mispersepsi atau kesalahpahaman (Floyd, 2021). Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memiliki keterampilan literasi media agar dapat memahami informasi secara lebih objektif dan tidak mudah terpengaruh oleh bias persepsi.

Dengan memahami konsep persepsi dalam komunikasi, individu dapat meningkatkan efektivitas komunikasi mereka dan menghindari kesalahpahaman yang dapat terjadi akibat perbedaan interpretasi. Penelitian dalam bidang ini terus berkembang, terutama dalam memahami bagaimana faktor psikologis dan sosial mempengaruhi persepsi dalam berbagai konteks komunikasi, termasuk komunikasi interpersonal, organisasi, dan digital (Johnson & Johnson, 2019). Oleh karena itu, kajian tentang persepsi tidak hanya penting dalam ranah akademik, tetapi juga memiliki implikasi praktis yang luas dalam kehidupan sehari-hari.

Persepsi dalam komunikasi juga memiliki dampak yang signifikan dalam dunia profesional dan organisasi. Dalam lingkungan kerja, persepsi dapat mempengaruhi hubungan antara atasan dan bawahan, dinamika tim, serta efektivitas komunikasi antar departemen (Johnson & Johnson, 2019). Misalnya, seorang manajer yang memiliki persepsi bahwa karyawannya tidak kompeten mungkin akan memberikan instruksi yang terlalu mendetail atau kurang mempercayakan tanggung jawab, meskipun karyawan tersebut sebenarnya memiliki keterampilan yang cukup. Sebaliknya, jika seorang karyawan memiliki persepsi bahwa atasan mereka tidak adil, maka motivasi dan produktivitas mereka dapat menurun. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk memahami bagaimana persepsi terbentuk dan bagaimana cara mengelolanya agar komunikasi dalam lingkungan kerja tetap efektif.

Selain itu, persepsi juga memainkan peran penting dalam komunikasi antarbudaya. Dalam interaksi lintas budaya, perbedaan dalam cara berpikir, norma sosial, dan bahasa dapat menyebabkan perbedaan persepsi yang signifikan (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017). Sebagai contoh, dalam budaya yang menghargai komunikasi langsung seperti di negara-negara Barat, kejujuran dan keterbukaan dianggap sebagai nilai yang penting. Namun, dalam budaya yang lebih mengutamakan harmoni sosial seperti di beberapa negara Asia, komunikasi yang terlalu langsung dapat dianggap kasar atau tidak sopan. Perbedaan persepsi ini dapat menyebabkan kesalahpahaman jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, kesadaran akan persepsi dan keterampilan komunikasi antarbudaya menjadi kunci dalam membangun hubungan yang efektif di era globalisasi.

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI 

Berbagai faktor yang berasal dari dalam diri individu maupun lingkungan sosialnya. Faktor-faktor ini menentukan bagaimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan informasi yang diterima. Berikut adalah beberapa faktor utama yang mempengaruhi persepsi dalam komunikasi:

1. Pengalaman dan Latar Belakang Individu

Pengalaman hidup seseorang sangat berpengaruh dalam membentuk cara mereka memahami dan menafsirkan pesan. Seseorang yang pernah mengalami kejadian tertentu cenderung memiliki perspektif yang berbeda dibandingkan dengan individu yang belum pernah mengalami hal serupa (Griffin, Ledbetter, & Sparks, 2019). Pengalaman juga menciptakan skema kognitif yang membantu individu dalam mengorganisasi informasi yang diterima.

2.Budaya dan Norma Sosial

Latar belakang budaya mempengaruhi bagaimana seseorang memahami komunikasi. Misalnya, individu dari budaya yang menghargai komunikasi tidak langsung mungkin lebih cenderung menafsirkan pesan secara implisit, sedangkan individu dari budaya yang lebih langsung akan lebih mengutamakan keterbukaan dalam komunikasi (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017). Norma sosial yang berlaku dalam suatu masyarakat juga membentuk pola komunikasi yang dapat mempengaruhi persepsi individu.

3.Emosi dan Keadaan Psikologis

Faktor emosional berperan besar dalam menentukan bagaimana seseorang menafsirkan pesan. Saat seseorang sedang marah atau sedih, mereka cenderung menangkap pesan dengan cara yang lebih negatif dibandingkan ketika mereka berada dalam suasana hati yang baik (Burgoon, Guerrero, & Floyd, 2016). Keadaan psikologis lainnya, seperti stres atau kelelahan, juga dapat mengubah cara seseorang memahami komunikasi.

4.Motivasi dan Kepentingan Pribadi

Individu cenderung lebih memperhatikan informasi yang relevan dengan kebutuhan atau tujuan mereka. Misalnya, seseorang yang sedang mencari pekerjaan akan lebih sensitif terhadap informasi terkait peluang kerja dibandingkan dengan individu yang sudah memiliki pekerjaan tetap (West & Turner, 2018). Motivasi seseorang dalam suatu interaksi juga dapat mempengaruhi bagaimana mereka menyusun dan menginterpretasikan pesan.

5.Stereotip dan Prasangka

Stereotip adalah generalisasi tentang kelompok tertentu yang dapat mempengaruhi cara seseorang memproses informasi tentang individu dari kelompok tersebut. Misalnya, seseorang yang memiliki stereotip negatif terhadap kelompok tertentu mungkin akan lebih cenderung menafsirkan tindakan mereka secara negatif, meskipun tindakan tersebut sebenarnya netral (Wood, 2020). Prasangka yang telah terbentuk sebelumnya dapat menyebabkan bias dalam memahami pesan komunikasi.

6.Faktor Fisik dan Biologis 

Faktor-faktor seperti usia, kesehatan, dan kondisi fisik juga mempengaruhi persepsi seseorang. Misalnya, seseorang yang memiliki gangguan pendengaran mungkin akan menangkap pesan secara berbeda dibandingkan dengan individu yang memiliki pendengaran normal (Andersen, 2018). Selain itu, faktor biologis seperti tingkat hormon dan kelelahan juga dapat mempengaruhi bagaimana seseorang memproses informasi.

7.Konteks Situasional 

Situasi di mana komunikasi terjadi dapat menentukan cara seseorang memahami pesan. Dalam lingkungan yang bising, seseorang mungkin akan kesulitan menangkap makna komunikasi secara akurat (McCornack & Morrison, 2019). Demikian pula, dalam situasi formal, seseorang mungkin akan lebih berhati-hati dalam menyampaikan dan menerima pesan dibandingkan dengan komunikasi yang berlangsung dalam situasi santai.

8.Media dan Teknologi 

Dalam era digital, media sosial dan teknologi komunikasi turut mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan. Misalnya, informasi yang disajikan dalam bentuk teks tanpa ekspresi wajah atau intonasi suara dapat lebih mudah disalahartikan dibandingkan dengan komunikasi tatap muka (Floyd, 2021). Selain itu, algoritma media sosial dapat memperkuat bias persepsi dengan hanya menampilkan informasi yang sesuai dengan pandangan individu.

9.Lingkungan Sosial dan Pengaruh Orang Lain 

Persepsi individu juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial, termasuk teman, keluarga, dan kelompok yang mereka ikuti. Misalnya, seseorang yang berada dalam kelompok dengan pandangan tertentu akan cenderung melihat suatu isu dari perspektif yang sama dengan kelompok tersebut (Knapp, Vangelisti, & Caughlin, 2017). Tekanan sosial dapat memperkuat atau mengubah persepsi seseorang terhadap suatu topik.

10.Teori Atribusi dan Konstruktivisme Sosial

Cara seseorang menjelaskan dan menginterpretasikan perilaku orang lain sangat dipengaruhi oleh teori atribusi, yang membedakan antara atribusi internal (karakter atau niat individu) dan atribusi eksternal (situasi atau lingkungan) (Johnson & Johnson, 2019). Selain itu, konstruktivisme sosial menunjukkan bahwa persepsi seseorang dibentuk melalui interaksi sosial dan pengalaman budaya, yang menjadikan komunikasi sebagai proses yang dinamis dan terus berkembang.


4. PERAN PERSEPSI DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL 

Persepsi memainkan peran penting dalam komunikasi interpersonal karena menentukan bagaimana individu memahami, menafsirkan, dan merespons pesan yang diterima dari orang lain. Dalam interaksi interpersonal, setiap individu membawa perspektif yang unik berdasarkan pengalaman, nilai, dan keyakinan mereka (Griffin, Ledbetter, & Sparks, 2019). Perbedaan persepsi ini dapat memperkaya komunikasi dengan memberikan berbagai sudut pandang, tetapi juga dapat menyebabkan kesalahpahaman jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, memahami bagaimana persepsi mempengaruhi komunikasi interpersonal menjadi penting untuk membangun hubungan yang efektif.

Salah satu peran utama persepsi dalam komunikasi interpersonal adalah membentuk pemahaman individu terhadap orang lain. Persepsi menentukan bagaimana seseorang menilai karakter, niat, dan emosi lawan bicaranya (West & Turner, 2018). Misalnya, dalam percakapan sehari-hari, seseorang yang tersenyum saat berbicara dapat dianggap ramah dan terbuka, sedangkan orang yang menghindari kontak mata mungkin dianggap tidak tertarik atau tidak percaya diri. Interpretasi ini bergantung pada persepsi individu yang menerima pesan, dan bisa berbeda antara satu orang dengan yang lain.

Selain itu, persepsi berperan dalam membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal. Hubungan yang sehat dan harmonis sering kali bergantung pada kesamaan persepsi antara individu yang terlibat (Wood, 2020). Ketika dua orang memiliki persepsi yang selaras tentang nilai, tujuan, dan harapan dalam hubungan mereka, komunikasi menjadi lebih efektif. Sebaliknya, jika terdapat perbedaan persepsi yang signifikan, hubungan tersebut dapat mengalami konflik atau kesalahpahaman yang berulang. Oleh karena itu, komunikasi yang terbuka dan empatik sangat penting dalam menyamakan persepsi antara individu.

Persepsi juga berpengaruh terhadap atribusi sosial, yaitu bagaimana seseorang menilai alasan di balik tindakan orang lain. Dalam teori atribusi, individu cenderung menghubungkan perilaku orang lain dengan faktor internal (karakter atau kepribadian) atau faktor eksternal (situasi atau lingkungan) (McCornack & Morrison, 2019). Misalnya, jika seorang rekan kerja datang terlambat ke rapat, seseorang mungkin menganggapnya tidak disiplin (atribusi internal) atau berpikir bahwa ia terjebak macet (atribusi eksternal). Jenis atribusi ini akan mempengaruhi bagaimana individu merespons situasi tersebut, yang pada akhirnya akan membentuk dinamika komunikasi interpersonal.

Dalam konteks komunikasi nonverbal, persepsi juga memainkan peran penting dalam menangkap isyarat dan makna yang tidak terucapkan. Ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan intonasi suara sering kali lebih berpengaruh daripada kata-kata yang diucapkan (Burgoon, Guerrero, & Floyd, 2016). Namun, karena persepsi bersifat subjektif, individu mungkin salah menafsirkan isyarat nonverbal, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam komunikasi interpersonal. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk tidak hanya mengandalkan persepsi mereka sendiri, tetapi juga meminta klarifikasi jika diperlukan.

Dalam hubungan profesional, persepsi mempengaruhi cara individu berkomunikasi dengan rekan kerja, atasan, dan klien. Misalnya, seorang karyawan yang merasa bahwa manajernya mendukung dan menghargai kontribusinya akan lebih cenderung berkomunikasi dengan percaya diri dan terbuka (Johnson & Johnson, 2019). Sebaliknya, jika karyawan memiliki persepsi bahwa atasan mereka tidak adil atau tidak peduli, komunikasi dapat menjadi tertutup atau bahkan penuh konflik. Oleh karena itu, penting bagi pemimpin organisasi untuk memahami bagaimana persepsi karyawan terbentuk dan berupaya membangun lingkungan komunikasi yang positif.

Persepsi juga berperan dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan perbedaan budaya. Setiap budaya memiliki norma komunikasi yang berbeda, yang dapat mempengaruhi bagaimana individu menafsirkan pesan satu sama lain (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017). Sebagai contoh, dalam budaya yang menghargai komunikasi tidak langsung, seseorang mungkin menafsirkan diam sebagai tanda persetujuan, sementara dalam budaya lain, diam dapat diartikan sebagai ketidaksepakatan atau ketidaktahuan. Pemahaman tentang perbedaan persepsi ini penting dalam menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi antarbudaya.

Dalam era digital, persepsi dalam komunikasi interpersonal semakin dipengaruhi oleh teknologi dan media sosial. Cara seseorang menafsirkan pesan teks, email, atau postingan di media sosial sering kali bergantung pada asumsi pribadi mereka, karena tidak ada isyarat nonverbal yang dapat memberikan konteks tambahan (Floyd, 2021). Hal ini dapat menyebabkan interpretasi yang keliru dan bahkan konflik yang tidak perlu. Oleh karena itu, dalam komunikasi digital, penting bagi individu untuk lebih berhati-hati dalam menafsirkan pesan dan mengklarifikasi maksud jika ada ketidakjelasan.

Kesimpulannya, persepsi memiliki peran yang sangat besar dalam komunikasi interpersonal karena mempengaruhi cara individu memahami, menilai, dan merespons orang lain. Perbedaan persepsi dapat memperkaya komunikasi, tetapi juga dapat menjadi sumber kesalahpahaman dan konflik. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi yang baik, seperti mendengarkan dengan empati, mengklarifikasi makna pesan, dan memahami konteks sosial serta budaya, menjadi sangat penting dalam membangun hubungan interpersonal yang efektif dan harmonis (Knapp, Vangelisti, & Caughlin, 2017).


RANGKUMAN MATERI 

Persepsi memiliki peran penting dalam komunikasi karena menentukan bagaimana individu memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan informasi. Dalam komunikasi interpersonal, persepsi membantu seseorang memahami orang lain, menafsirkan pesan, dan memberikan respons yang sesuai. Namun, perbedaan persepsi dapat menyebabkan kesalahpahaman atau konflik jika tidak dikelola dengan baik. Persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman individu, budaya, emosi, motivasi, stereotip, kondisi fisik, konteks situasional, teknologi, dan lingkungan sosial. Faktor-faktor ini memengaruhi cara seseorang memahami komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, baik dalam lingkungan profesional maupun dalam komunikasi antarbudaya.

Dalam komunikasi interpersonal, persepsi tidak hanya membantu membangun dan mempertahankan hubungan, tetapi juga memengaruhi atribusi sosial serta komunikasi nonverbal. Penilaian seseorang terhadap niat dan karakter orang lain bergantung pada persepsi yang telah terbentuk sebelumnya. Dalam era digital, komunikasi melalui media sosial sering kali dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap pesan yang tidak memiliki isyarat nonverbal, sehingga meningkatkan kemungkinan kesalahpahaman. Oleh karena itu, memahami bagaimana persepsi terbentuk serta mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif, seperti mendengarkan dengan empati dan mengklarifikasi makna pesan, sangat penting untuk menciptakan komunikasi yang harmonis dan produktif.


DAFTAR PERTANYAAN 

1. Bagaimana proses pembentukan persepsi dalam komunikasi interpersonal, dan faktor apa yang paling dominan mempengaruhinya?

2. Mengapa perbedaan persepsi dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam komunikasi, dan bagaimana cara mengatasinya?

3. Bagaimana pengaruh budaya terhadap persepsi dalam komunikasi antarbudaya, dan apa dampaknya dalam interaksi sosial?

4. Dalam konteks komunikasi digital, bagaimana teknologi dan media sosial mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan?

5. Apa peran atribusi dalam persepsi komunikasi interpersonal, dan bagaimana kesalahan atribusi dapat mempengaruhi hubungan antarindividu?


DAFTAR PUSTAKA 

Burgoon, J. K., Guerrero, L. K., & Floyd, K. (2016). Nonverbal Communication. Routledge.

Griffin, E., Ledbetter, A., & Sparks, G. (2019). A First Look at Communication Theory. McGraw-Hill.

Littlejohn, S. W., Foss, K. A., & Oetzel, J. G. (2017). Theories of Human Communication. Waveland Press.

McCornack, S., & Morrison, A. (2019). Reflect & Relate: An Introduction to Interpersonal Communication. Bedford/St. Martin’s.

West, R., & Turner, L. H. (2018). Introducing Communication Theory: Analysis and Application. McGraw-Hill.

Wood, J. T. (2020). Interpersonal Communication: Everyday Encounters. Cengage Learning.

Johnson, D. W., & Johnson, F. P. (2019). Joining Together: Group Theory and Group Skills. Pearson.

Andersen, P. A. (2018). Nonverbal Communication: Forms and Functions. Waveland Press.

Floyd, K. (2021). Interpersonal Communication. McGraw-Hill.

Knapp, M. L., Vangelisti, A. L., & Caughlin, J. P. (2017). Interpersonal Communication and Human Relationships. Pearson.



PROFIL PENULIS 

Puji Astutik, lahir di Dumai pada 3 Mei 2006, merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia dibesarkan dalam keluarga sederhana dengan kedua orang tuanya, Abdul Gufron dan Yati Ningrat, yang selalu mendukung pendidikannya.

Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 3 Dumai, Puji memutuskan untuk melanjutkan studinya di Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai. Dengan semangat belajar yang tinggi, ia berusaha memperdalam ilmu agama dan akademik demi meraih cita-citanya.


Siti Rahayu, lahir di Dumai pada tanggal 22 September 2005. merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, buah hati dari pasangan Wagiman dan Sumiatik. Perjalanan pendidikan setelah SMP di Pondok Jamiah Mambaul Ulum, 
Setelah menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren, Siti Rahayu melanjutkan studi di Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

semoga ku untuk orang tua ku